Aku Mungkin Bukan Milikmu dan Kamu Bukan Milikku
“I maybe not yours and you’re not mine
But i’ll be there for you when you need me”Its Only Me — Kaleb Jonathan
Sastra, film juga musik atau lagu-lagu adalah hal-hal yang begitu dekat dengan realitas manusia, lebih-lebih pada generasi sembilan puluhan hingga generasi dua ribuan. Hilir dari semuanya bermuara pada sebuah bahasa. Semuanya berawal dari teks, menjadi sebuah cerita, menjadi sebuah skenario, menjadi sebuah instrumen, yang pada akhirnya menggambarkan sebuah gerak pada apa-apa yang terjadi di sekitar dan terus relevan hingga kini.
Musik atau lagu yang kita sukai yang menggambarkan diri kita sekarang kerapkali didengarkan berkali-kali. Musik bicara secara jujur pada setiap peristiwa anak manusia, musik merekam begitu banyak ingatan kita, tentang tempat, tentang peristiwa, tentang orang-orang, tentang kasih sayang — ia masuk begitu dalam pada palung paling dalam diri kita, sungguh dalam.
Sheila On 7 (1996), Coldplay (1996) adalah dua dari beberapa band sembilan puluhan yang masih seringkali kita dengarkan di mana-mana, lagunya-lagunya begitu banyak dinyanyikan di berbagai ruang dan oleh beberapa generasi. Lagu yang dinyanyikan tak hanya sekadar sebuah lagu, kekayaan sintaksis pada berbagai liriknya yang membuatnya masih terus bertahan dan relavan dengan emosi apapun; kesedihan, kemarahan, kekecewaan dan kebahagian apapun pada diri manusia.
Anugerah Terindah yang Pernah Kumiliki adalah salah satu lagu dari Sheila yang membawa ingatan dengan begitu banyak peristiwa yang saya lalui, di masa-masa SMA hingga saat kuliah, ia menyelamatkan saya dari rasa sendu yang begitu panjang, ia memberi penyadaran atas sesuatu hal yang sedang kita punyai;
Belai lembut jarimu
Sejuk tatap wajahmu
Hangat peluk janjimu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
Atau pada lagu The Scientist (2011) yang ditulis Chris Martin yang berkisah tentang sepasang kekasih yang telah mengalami hubungan yang rumit, seseorang di antara keduanya, terus berusaha untuk menelaah sebuah peristiwa yang ia hadapi dengan pengetahuan yang matang, dengan sebuah logika, namun, sekali lagi, kisah percintaan tidak serta merta yang bermain pada ranah itu, perasaan paling dalam pada diri yang terus dibenahi.
I had to find you
Tell you I need you
Tell you I set you apart
Lagu yang matang tentu saja akan terus hidup meski begitu panjang jarak dengan realitas yang ada sekarang, dalam konteks saat ini, paling tidak beberapa bulan ini, diri saya atau mungkin pada diri yang lain juga barangkali, berkali-kali mendengar lagu Its Only Me (2021) yang dinyanyikan oleh Kaleb Jonathan, lagu yang menggunakan dua bahasa; Inggris dan Indonesia. Lagu yang sungguh dingin menantikan sebuah penantian pada diri seseorang yang sungguh ia cintai, harapan pada dirinya terus tumbuh.
I maybe not yours and you’re not mine
But i’ll be there for you when you need me
It is only me
Kisah-kisah yang digambarkan pada Its Only Me adalah sebuah pengutan pada diri; aku mungkin bukan milikmu dan kamu bukan milikmu. Pada banyak orang, kita mengalami begitu banyak penantian-penantian yang panjang.
Pada akhirnya, karya apapun kupikir; sastra, film maupun musik, pada akhirnya, kita semua punya interpetasi masing-masing atas hal tersebut — membacanya, menontonnya dan mendengarkannya berkali-kali tentu saja. Ia akan terus hidup di ingatan kita semuanya, hingga di hari-hari depan, hingga renta!